Bencana tsunami merupakan salah satu bencana yang sulit dideteksi. Parahnya, bencana ini bisa memakan banyak korban apabila terjadi. Sebut saja peristiwa tsunami pada 2006 yang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia, yang memakan banyak sekali korban, baik korban jiwa maupun material. Karena itulah, berbagai peneliti seakan berlomba untuk menciptakan metode-metode untuk mengantisipasi tsunami. salah satunya adalah piranti peringatan dini terhadap tsunami.
Peneliti gabungan dari Amerika Serikat dan Jepang mengembangkan metode baru dalam mendeteksi Tsunami. Mereka, untuk pertama kalinya, menemukan jika Tsunami bisa diamati dengan radar. Dengan demikian, penemuan ini menjadi pengembangan baru dalam sistem peringatan dini Tsunami. Hasil penelitian ini akan sangat berguna untuk Indonesia mengingat metode ini bisa diterapkan di Asia Tenggara. “Di negara ini terdapat daerah landasan kontinen dangkal yang luas,” kata Professor John Largier, seorang ahli kelautan di University of California, Davis, Bodega Marine Laboratory, Amerika Serikat. Peneliti menemukan, mereka bisa melihat Tsunami saat memasuki perairan dangkal di atas landasan kontinen. Saat ombak masuk ke perairan yang lebih dangkal, Tsunami tersebut melambat, tingginya bertambah, dan berkurang dalam panjang gelombang, sebelum akhirnya menghantam bibir pantai.
Selain itu, Dr. Sakata, peneliti ahli tsunami dari The National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention (NIED). Jepang, juga telah menciptakan metode baru dengan memakai laser. Metode ini sangat sederhana dan sangat sensitif sebagai sensor tsunami ataupun sensor pergeseran / tekanan. Disamping itu, alat ini terbebas dari suara bising karena yang dikirim ke sensor yang berada jauh dari pantai adalah cahaya laser melalui fiber optik sedang seluruh perangkat elektronik diletakkan di darat. Seakan tidak mau kalah, Indonesia juga menciptakan alat pendeteksi gempa. Ridwan Djamaluddin, Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT yang mengembangkannya.Sistem Buoy Tsunami yang dikembangkannya terdiri dari dua unit penting yaitu OBU yang dipasang di dasar laut dan Tsunami Surface Buoy yang dipasang di permukaan laut. OBU secara aktif mengirim data melalui underwater acoustic modem ke Tsunami Buoy yang terpasang di permukaan laut yang berperan sebagai penerima data dari OBU kemudian Tsunami Buoy mentransmisikan data tersebut via satelit ke pusat pemantau tsunami Read Down Station (RDS) yang berada di Gedung I BPPT Lantai 20.
Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami. Dari OBU, data dikirim ke Buoy, kemudian dari buoy dikirim ke satelit untuk diteruskan ke stasiun penerima di Jakarta yaitu di BPPT dan BMKG.
Buoy yang dipasang di dekat sumber gempa dan tsunami bekerja berdasarkan gelombang tsunami atau anomali elevasi muka air laut yang dideteksi oleh sensor yang ditempatkan di OBU. Alat inilah yang berfungsi merekam kedatangan gelombang tsunami. Dari OBU, data dikirim ke Buoy, kemudian dari buoy dikirim ke satelit untuk diteruskan ke stasiun penerima di Jakarta yaitu di BPPT dan BMKG. 
0 komentar:
Posting Komentar